Dikutip dan dilansir oleh Mantap168- Emmanuelle Charpentier, seorang ahli mikrobiologi dan biokimia Prancis, membuat penemuan inovatif di bidang rekayasa genetika dan penyuntingan gen, yang mengarah pada pengembangan teknologi revolusioner CRISPR-Cas9. Karyanya memiliki dampak besar pada bidang biologi molekuler, membuka kemungkinan baru untuk penelitian genetika, aplikasi medis, dan debat etis.

 

Awal kehidupan dan karir

 

Emmanuelle Charpentier lahir pada 11 Desember 1968, di Juvisy-sur-Orge, Prancis. Dia menunjukkan minat awal dalam sains dan memperoleh gelar Sarjana di bidang biokimia dan mikrobiologi dari Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris. Dia kemudian mengejar gelar Ph.D. dalam mikrobiologi dari Institut Pasteur, salah satu lembaga penelitian terkemuka dunia.

 

Penelitian Charpentier berfokus pada pemahaman mekanisme sistem kekebalan bakteri, khususnya sistem CRISPR-Cas, yang merupakan sistem kekebalan adaptif yang memungkinkan bakteri bertahan melawan infeksi virus. Selama penelitian pascadoktoralnya, Charpentier membuat penemuan inovatif bekerja sama dengan Jennifer Doudna, seorang ahli biokimia Amerika, yang membuka jalan bagi pengembangan teknologi penyuntingan gen CRISPR-Cas9.

 

Penemuan Teknologi Pengeditan Gen CRISPR-Cas9

 

Pada tahun 2011, Charpentier dan Doudna menerbitkan makalah mani di jurnal Science, di mana mereka menggambarkan penemuan endonuklease yang dipandu RNA sistem CRISPR-Cas9, sebuah protein yang disebut Cas9, yang memiliki kemampuan untuk membelah DNA di lokasi tertentu. Mereka menunjukkan bahwa sistem ini dapat diprogram dengan sepotong kecil RNA untuk menargetkan dan mengedit urutan DNA tertentu, membuka kemungkinan pengeditan gen yang tepat dan efisien.

 

Teknologi CRISPR-Cas9 telah merevolusi bidang rekayasa genetika dan biologi molekuler. Ini telah menjadi alat yang ampuh untuk mengedit DNA berbagai organisme, termasuk tumbuhan, hewan, dan bahkan embrio manusia. Teknologi ini telah digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti mengoreksi mutasi genetik yang menyebabkan penyakit, mengembangkan tanaman hasil rekayasa genetika dengan sifat yang lebih baik, dan mempelajari fungsi dan regulasi gen.

 

Dampak dan Pengakuan

 

Karya terobosan Charpentier pada teknologi pengeditan gen CRISPR-Cas9 telah mendapatkan pengakuan luas dan banyak penghargaan. Pada 2015, dia dianugerahi Penghargaan Terobosan dalam Ilmu Kehidupan atas kontribusinya dalam pengembangan sistem CRISPR-Cas9. Pada tahun 2016, dia dan Doudna dianugerahi Japan Prize dalam kategori "Advanced Science, Technology and Innovation" untuk penemuan revolusioner mereka. Charpentier juga menerima Penghargaan Kavli yang bergengsi pada tahun 2017, bersama dengan Doudna dan Virginijus Šikšnys, seorang ahli biokimia Lituania yang memberikan kontribusi penting bagi pemahaman sistem CRISPR-Cas9.

 

Salah satu pengakuan paling signifikan atas karya Charpentier datang pada tahun 2020 ketika dia dan Doudna dianugerahi Hadiah Nobel Kimia untuk pengembangan teknologi pengeditan gen CRISPR-Cas9 mereka. Pengakuan ini menyoroti dampak karya mereka terhadap komunitas ilmiah dan masyarakat secara keseluruhan. Ini juga menggarisbawahi potensi CRISPR-Cas9 sebagai alat yang ampuh untuk penelitian genetik dan aplikasi medis.

 

Di luar pencapaian ilmiahnya, Charpentier juga menjadi advokat untuk penggunaan teknologi CRISPR-Cas9 yang bertanggung jawab dan etis. Dia telah menekankan perlunya pertimbangan yang bijaksana dan hati-hati tentang implikasi etis dari pengeditan gen, termasuk masalah yang berkaitan dengan keamanan, kesetaraan, dan transparansi